Siapa yang Berhak Menjadi Khalifah Pertama setelah Nabi Muhammad saw.?

Khalifah kaum muslimin setelah wafat Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam adalah sahabat Abu Bakar Assiddiq r.a.. Abu Bakar Assiddiq r.a. adalah manusia terbaik dari umat Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam. Dialah yang paling berhak menjabat sebagai khalifah setelah wafat Nabi. Perkara ini disepakati oleh para sahabat Nabi r.a. dan kaum muslimin yang hidup setelah mereka.

Bayak dalil yang menyebutkan keabsahan kekhalifahan Abu Bakar Assiddiq. Diantaranya hadis yang diisnadkan oleh Imam Muslim, dari Jubair bin Muth’im r.a., bahwasanya dia berkata,

أَتَتِ امْرَأَةٌ النَّبِيَّ ﷺ، فَأَمَرَهَا أَنْ تَرْجِعَ إِلَيْهِ، قَالَتْ: أَرَأَيْتَ إِنْ جِئْتُ فَلَمْ أَجِدْكَ؟ كَأَنَّهَا تُرِيدُ الْمَوْتَ، قَالَ: إِنْ لَمْ تَجِدِينِي فَأْتِي أَبَا بَكْرٍ

“Datanglah seorang wanita kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam dan (Nabi) memerintahkannya untuk kembali lagi (nanti). Maka dia menjawab, “Tahukah Anda, jika saya kembali dan tidak menemukan Anda?” Seolah dia hendak mati. Maka Nabi bersabda: “Jika tidak menemukan saya, maka datangilah Abu Bakar.” [1]

Menunjukkan bahwa jika Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam tidak ada, maka Abu Bakar Assiddiq-lah pengganti beliau. Juga hadis dari Ahlus Sunan, dari Hudzaifah bin Yaman r.a., dia berkata bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ

“Bersuritaudanlah kalian dari dua (khalifah) setelahku: Abu Bakar dan Umar.”[2]

Termasuk hadis dari Imam Bukhari dan Muslim, dari ‘Aisyah dan ayahnya r.a., bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ادْعِي لِي عَبْدَ الرَّحْمَنِ ابْنَ أَبِي بَكْرٍ لِأَكْتُبَ لِأَبِي بَكْرٍ كِتَابًا لَا يُخْتَلَفُ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: مَعَاذَ اللَّهِ أَنْ يَخْتَلِفَ الْمُؤْمِنُونَ فِي أَبِي بَكْرٍ

“Panggilkan untukku Abdurrahman bin Abu Bakar, supaya saya tuliskan bagi Abu Bakar sebuah buku yang tidak diperselisihkan lagi”. Kemudian beliau bersabda: “(Saya) berlindung kepada Allah dari perselesihan kaum mukminin atas Abu Bakar.” [3]

Ada sebuah kelompok menganggap bahwa sosok yang berhak menjabat sebagai khalifah setelah wafat Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam adalah sahabat ‘Ali bin Abi Talib r.a., bukan sahabat Abu Bakar Assiddiq r.a., yaitu kelompok Syiah. Tidak diragukan bahwa ‘Ali bin Abi Thalib r.a. merupakan salah satu sahabat terbaik Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, namun anggapan dia lebih berhak menjadi khalifah pertama tidaklah benar, dan tidak memiliki landasan dari Al Qur’an maupun Al Hadis Rasulullah salllallahu ‘alaihi wasallam.

Selain berdasarkan sabda-sabdanya, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam juga telah mengisyaratkan dengan perintah-perintah yang mengarah kepada kekhalifahan Abu Bakar, seperti ketika Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Abu Bakar r.a. untuk menjadi imam salat Masjid Nabawi, di masa-masa sakit menjelang akhir hidupnya sallallahu ‘alaihi wasallam.

Karena itulah para sahabat r.a. membai’at Abu Bakar setelah wafat Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, termasuk diantaranya ialah ‘Ali bin Abi Talib r.a. sendiri, kemudian mereka berijma’ (berkonsensus/bersepakat) atasnya.

Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh ‘Ali bin Abi Talib r.a., bahwa dia berkata,

ألَا أُخبِرُكم بخَيرِ هذه الأُمَّةِ بعدَ نبيِّها؟ أبو بكْرٍ، وخَيرُها بعدَ أبي بكْرٍ عمرُ، ثُم يجعَلُ اللهُ الخَيرَ حيثُ أَحَبَّ

“Tidakkah saya beritahu kalian, siapa manusia terbaik umat ini setelah Nabinya? Yaitu Abu Bakar, dan manusia terbaik setelahnya adalah Umar, kemudian Allah menjadikan yang terbaik sekehendakNya.” [4]

‘Ali bin Abi Talib r.a. juga berkata,

لا أُوتي بأحَدٍ يُفَضِّلُني على أبي بكرٍ وعُمرَ إلا جلدتُهُ حدَّ المفتَري

“Siapapun yang datang kepadaku dan lebih mengutamakan diriku atas Abu Bakar dan ‘Umar, maka pasti akan aku cambuk dia dengan cambukan yang sakit.” [5]

‘Ali bin Abu Talib r.a. sama sekali tidak pernah menganggap dirinya manusia terbaik umat ini, tidak pernah diwasiatkan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjadi khalifah setelahnya, tidak pernah pula berkata bahwa para sahabat telah menzaliminya atau mengambil haknya. Ketika Fatimah r.a. wafat, ‘dia membai’at Abu Bakar untuk kedua kalinya untuk mengokohkan bai’atnya yang pertama, juga untuk menunjukkan bahwa dia bersama jama’ah kaum muslimin, dan sama sekali tidak ada sesuatupun dalam hatinya tentang pengangkatan khalifah Abu Bakar Assiddiq r.a..

Ketika Umar bin Khattab r.a. ditusuk, lalu keenam para sahabat yang telah dijanjikan masuk surga berkumpul dan bermusyawarah, termasuk ‘Ali r.a., dia tidak mengingkari Umar r.a. atas perkara kekhalifahannya, tidak saat ‘Umar r.a. hidup, tidak pula setelah beliau meninggal, tidak pula mengaku bahwa ia adalah yang terbaik dari semuanya. Lalu bagaimana bisa ada orang yang berdusta atas nama Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya beliau berwasiat kepada ‘Ali untuk menjadi khalifah setelahnya? Sedangkan Ali r.a. sendiri tidak pernah mengakuinya, tidak juga seorangpun dari sahabatnya. Malah justru mereka para sahabat r.a. berijma’ atas keabsahan kekhalifahan ‘Abu Bakar Assiddiq, Umar dan Usman r.a., sedangkan ‘Ali mengakui mereka, kemudian ikut bekerjasama dengan mereka, bahkan berjihad, bermusyawarah, dan lain sebagainya.

Setelah para sahabat Nabi r.a. berijma’ atas kekhalifahan Abu Bakar r.a. setelah Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam, kaum muslimin berkonsensus pula atas konsensus para sahabat r.a., maka tidaklah boleh ada seorangpun dari kelompok manapun termasuk Syiah menganggap bahwa Ali r.a. adalah yang telah diberi wasiat, lalu menganggap khalifah sebelumnya tidaklah sah. Sebagaimana tidak boleh pula seorangpun berkata bahwa para sahabat r.a. telah menzalimi ‘Ali, dan telah mengambil haknya, justru inilah yang termasuk kebatilan, prasangka buruk kepada para sahabat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam, termasuk kepada ‘Ali bin Abi Thalib r.a..

Allah subhanahu wata’ala telah memuji umat Muhammadiyah ini dengan menjaganya dari kesesatan. Disebutkan dalam hadis sahih bahwa beliau bersabda,

لا تَزالُ طائِفةٌ مِن أمَّتي يُقاتِلونَ على الحَقِّ ظاهِرينَ إلى يَوْمِ القِيامةِ

“Masih ada segolongan dari umatku yang berjuang di atas kebenaran, terus muncul hingga hari kiamat.” [6]

Maka mustahil jika seluruh manusia di umat ini bersepakat pada perkara yang sesat, pada abad terbaiknya kaum muslimin, yaitu pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan ‘Ali r.a..Tidaklah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir sudi mengatakannya, bahkan tidak mengatakannya orang yang sangat sedikit paham tentang agama Islam. [7][8]

Referensi:

[1] HR. Muslim, no. 2386, sahih.
[2] HR. Tirmidzi, no. 3662, Ibnu Majah, no. 97, dan Ahmad, no. 23293, hasan.
[3] HR. Bukhari, no. 5666 dan Muslim, no. 2387, sahih.
[4] HR. Thabrani, no. 3417, sahih.
[5] HR. Ibnu Taimiyah dalam Al Majmu’ Al Fatawa, 17/311, sahih.
[6] HR. Bukhari, no. 2511, sahih.
[7] https://binbaz.org.sa/audios/1808/28.
[8] Dishare di Majalah Dakwah, no. 1009 pada hari Senin 16/1/1406. Majmu’ Al Fatawa Syeikh Abdul Aziz bin Baz 324/3. https://binbaz.org.sa/fatwas/64/

Ditulis di:
Museum Internasional Biografi Nabi Muhammad saw. dan Peradaban Islam, Kerajaan Saudi Arabia, Senin 3 Rabi’ul Awwal 1443 H (18 September 2023 M)

Oleh: Iskandar Alukal
Artikel hukumpolitiksyariah.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *