Dosa Zalim dan Hukumannya di Dunia

Allah subhanahu wata’ala mengharamkan kezaliman atas dirinya sendiri, dan menjadikannya pula haram bagi sesama hambaNya, dalam sebuah hadits Allah berfirman,

يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلَا تَظَالَمُوا

“Hai hamba-hambaKu, sungguh Aku telah mengharamkan kezaliman atas diriKu sendiri, dan Aku jadikannya haram bagi sesama kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.” (HR. Muslim no. 2577  & Baihaqy no. 11503, Sohih)

Zalim ialah: “Melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh Syariat”. Zalim juga berarti: “Meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya”. Maka setiap dosa yang ada juga termasuk kezaliman, karena dosa ialah perbuatan melampaui batas syariat, atau tidak meletakkan sesuatu pada tempat yang seharusnya. Jika kezaliman itu menjamah hak yang lain, maka disebut zalim terhadap yang lain, dan jika kezaliman itu tidak menjamah hak yang lain, seperti dosa syirik, maka disebut zalim terhadap diri sendiri. [1]

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tiga jenis kezaliman, dan bagaimana Allah menghukumi masing-masing darinya, beliau bersabda,

الظُّلْمُ ثَلاثَةٌ: ظُلْمٌ لَا يُغْفَرُ، وَظُلْمٌ لَا يُتْرَكُ، وَظُلْمٌ يُغْفَرُ، فَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لَا يُغْفَرُ، فَالشِّرْكُ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لَا يُتْرَكُ، فَظُلْمُ النَّاسِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا، وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي يُغْفَرُ، فَظُلْمُ الْعَبْدِ نَفْسَهُ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Kezaliman ada tiga: Kezaliman yang tidak diampuni, kezaliman yang tidak ditinggalkan, dan kezaliman yang diampuni. Kezaliman yang tidak diampuni ialah syirik (menyekutukan) Allah ‘azza wa jalla. Kezaliman yang tidak ditinggalkan ialah kezaliman manusia kepada sesamanya. Sedangkan kezaliman yang diampuni ialah kezaliman seorang hamba kepada dirinya sendiri yang ia lakukan antara dia dan Tuhannya.” (HR. Baghawy, Baihaqy & Albani, hasan)

Larangan Islam Berbuat Zalim

Allah subhanahu wata’ala melarang kezaliman pada banyak ayat Al Qur’an, demikian pula Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya:

Firman Allah ta’ala,

إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak (benar). Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS. As Syura: 42)

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” (QS. Al An’am: 93)

Sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,

اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Takutlah kezaliman, karena kezaliman akan menjadi kegelapan pada hari kiamat kelak.”(HR. Muslim no. 2578, Nasa’i no. 4161, Hakim no. 27 & Baihaqy no. 11501, sohih)

بَابَانِ مُعَجَّلَانِ عُقُوبَتُهُمَا فِي الدُّنْيَا: الْبَغْيُ , وَالْعُقُوق

“Dua pintu yang hukumannya dicepatkan di dunia: kezaliman dan durhaka (kepada orang tua.” (HR. Aljabbar & Albani no. 2810, Sohih)

Hukuman Pelaku Zalim di Dunia

Allah subhanahu wa ta’ala tidak langsung spontan memberi hukuman atas manusia yang berlaku zalim karena hikmah yang begitu banyak, seperti: Istidraj bagi pelaku zalim, dibiarkan dan ditangguhkan terlebih dahulu supaya nanti dicabut oleh Allah dengan hukuman yang terhina dan terburuk, Allah ta’ala berfirman,

إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

“Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS. Ali Imran: 178)

Mungkin juga ditangguhkan untuk memberi kesempatan taubat dan kembali kepada Allah ta’ala, karena diantara sifat Allah ialah Al Halim, yang Maha Lembut. Atau karena orang yang terzalimi sebelumnya telah berbuat zalim kepada yang lain pada masa hidupnya, lalu kezaliman yang menimpa dirinya merupakan hukuman atas kezaliman dia sendiri pada masa lalu.

Allah ta’ala sungguh telah mengancam para manusia zalim dengan mendahulukan hukuman mereka di dunia sebelum kembali ke akhirat; karena hinanya kezaliman, dan banyaknya efek buruk bagi masyarakat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,

لَيْسَ شَيْءٌ أُطِيعُ اللهَ فِيهِ أَعْجَلَ ثَوَابًا مِنْ صِلَةِ الرَّحِمِ، وَلَيْسَ شَيْءٌ أَعْجَلَ عِقَابًا مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ

“Tidak ada sesuatu yang aku patuhi kepada Allah di dalamnya (amalan itu) lebih cepat mendapat ganjaran lebih dari menyambung tali silaturahim, dan tidak ada sesuatu yang lebih cepat hukumannya dari berbuat zalim dan memutus tali silaturahim.” (HR. Baihaqy no. 19870 & Albani no. 5391, sohih)

Sebagaimana Allah ta’la menghinakan pelaku zalim saat di dunia, merasakan kepahitan hidup dan kehinaannya, kemudian Allah juga akan menyiksanya pada hari kiamat. Diantara hukuman duniawi pelaku kezaliman ialah diharamkannya ia dari keberkahan dan dihilangkannya nikmat. Allah ta’ala berfirman dalam surat Al Qolam yang menceritakan tentang para pemilik kebun, dan mereka pelit, mereka bertekad untuk tidak memberikan hak yang seharusnya diberikan kepada orang faqir miskin, Allah berfirman,

إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ (17) وَلَا يَسْتَثْنُونَ (18) فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ (19) فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ (20) فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ (21) أَنِ اغْدُوا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ (22) فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ (23) أَنْ لَا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ (24) وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِينَ (25) فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ (26) بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ (27) قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُونَ (28) قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ (29)

“Sesungguhnya Kami telah menguji mereka sebagaimana Kami telah menguji para pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya (panen sendiri) di pagi hari. (17) Dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin). (18) Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. (19) Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita (tanpa mereka ketahui). (20) Lalu mereka panggil memanggil di pagi hari: (21) “Pergilah diwaktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya.” (22) Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik. (23) “Pada hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam kebunmu.” (24) Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka (menolong pemilik kebun). (25) Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan). (26) Bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya) (27) Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: “Bukankah aku telah mengatakan kepada kalian, hendaklah kalian bertasbih (kepada Tuhan kalian (mensyukuri nikmat Tuhan))?” (28) Mereka mengucapkan: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” (29) (QS. Al Qolam: 17-29)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan, bahwa doa manusia yang berisi kezaliman tidaklah mustajab, seperti doa berisi dosa, maksiat atau yang pemutus tali silaturahim. Rasulullah bersabda,

لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ

“Doa hamba masihlah diijabah, selama tidak berdoa dengan perbuatan dosa atau pemutus silaturahim.” (HR. Muslim no. 2735, sohih)

Diantara hukuman yang diperbolehkan atas pelaku kezaliman di dunia ialah qisas. Allah subhanahu wata’ala menjadikan qisas salah satu sarana pengambilan hak orang yang terzalimi dari orang zalim, Dia berfirman,

وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (kitab suci) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah: 45)

Allah ta’ala juga mengabarkan dalam Al Qur’an bahwa ia akan menyesatkan orang zalim pada kehidupan dunia, dan tidak menunjuki dia kepada jalan hidayah serta kebaikan. Allah berfirman,

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)

Contoh Hukuman Pelaku Zalim Saat di Dunia

Allah subhanahu wata’ala menyebutkan banyak contoh dalam Al Qur’an tentang hukuman bagi para pelaku kezaliman, dan bagaimana Allah menghancurkan mereka atas kezaliman yang mereka perbuat, diantaranya:

Fir’aun Raja Mesir hidup dengan kezaliman di atas muka bumi, dia menzalimi penduduk Mesir terutama Bani Israel pengikut Nabi Musa ‘alaihissalam. Fir’aun tidak segan membunuh anak lelaki yang baru lahir dan membiarkan hidup anak perempuan sekedar karena ramalan bahwa dia akan terbunuh di tangan seorang lelaki. Bahkan dengan kezaliman-kezaliman yang diperbuat, Fir’aun berdelik dan menyebut perbuatannya dengan ucapan manis bahwa itulah perbuatan baik, mengklaim alasan untuk memerangi kerusakan. Allah berfirman menceritakan pembenaran perbuatan salahnya,

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ

“Dan berkata Fir’aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.”  (QS. Ghafir: 26)

Padahal sebenarnya Fir’aun-lah yang zalim dan merusak. Maka Allah pun menghukumnya dengan hukuman terburuk pada masa akhir hidupnya, Allah berfirman,

فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (40) وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ (41) وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ (42)

“Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. (40) Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (41) Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah). (42) (QS. Al Qashash: 40-42)

Demikian pula hukuman Allah bagi kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Luth, kaum Tsamud dan yang lain.

Doa Orang yang Terzalimi

Allah subhanahu wata’ala berjanji akan menjawab doa orang yang dizalimi meskipun dia adalah orang kafir, apalagi muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَاتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُومِ، فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

“Takutlah dengan doa orang yang terzalimi, karena tidak ada hijab (penghalang) antaranya dengan Allah.” (HR. Bukhari no. 1496, Muslim no 19, Nasa’i no. 2522, Tirmidzi no. 625)

Dengan itu, Allah menjadikan doa sebagai senjata mereka yang terzalimi untuk mengangkat kezaliman atas dirinya dengan pertolongan Allah, juga membalas orang yang menzalimi. Doa orang yang terzalimi dianggap sebagai urusan penting di atas langit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ تُحْمَلُ عَلَى الْغَمَامِ، وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَوَاتِ، وَيَقُولُ الرَّبُّ: وَعِزَّتِي وَجَلَالِي، لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ

“Doa orang yang terzalimi di bawa ke atas awan, dibukakan untuknya pintu langit, maka Tuhan-pun berkata: “Dengan kemuliaaanKu dan kebesaranKu, Aku pasti akan menolongmu, walaupun nanti.” (HR. Ahmad no. 8043, Baihaqy no. 6393, sohih)

Sebabnya ialah, karena saat orang terzalimi yang hatinya hancur berdoa, dia berdoa dalam keadaan sangat membutuhkan, mendesak, sekaligus merendahkan diri di hadapan Allah semata, posisinya lemah, dia tidak memiliki penolong lain selain Allah demi memutus tali kezaliman atas dirinya. [2]

Referensi:

[1] Adz Dzulmu Wa ‘Aqibatuhu. www(dot)almunajjid(dot)com. Tanggal 2/2/2018.

[2] Ma Jaza’ Ad Dzalim Fid Dunya. www(dot)mawdoo3(dot).com. 16/4/2019.

Diterjemahkan, diringkas dan disusun di Banjararum, Singosari, Malang, Jawa Timur, Indonesia, Senin 2 Sya’ban 1442 H (15 Maret 2021 M)

Oleh: Iskandar Alukal L.c.
Artikel hukumpolitiksyariah.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *